Presidensi G20 Indonesia:
Urgensi, Performa, dan Agendanya bagi Sosial Ekonomi Pertanian
The Group of Twenty atau G20 merupakan organisasi multilateral yang berfokus untuk memperluas diskusi terkait isu-isu kebijakan ekonomi dan keuangan secara sistematis serta mempromosikan kerjasama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dunia yang berkelanjutan dan stabil demi kepentingan bersama. Keanggotaan G20, di antaranya yaitu Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Jerman, Jepang, Rusia, Britania Raya, Italia, Argentina, Australia, Brazil, China, India, Indonesia, Meksiko, Arab Saudi, Afrika Selatan, Republik Korea, Turki, dan Uni Eropa sebagai anggota ke-20.
Pembentukan G20 bertujuan sebagai media konsultasi antara negara-negara anggota melalui diskusi yang cenderung konfrontatif (berhadap-hadapan secara langsung) dengan merangkul negara maju dan berkembang dalam mengatasi permasalahan sosial ekonomi, terutama yang melanda Rusia, Amerika Latin, dan Asia. G20 juga berperan sebagai lembaga penelitian karena rutin mengamati dan mengkaji perubahan sosial ekonomi dunia. Saat ini, Indonesia memegang leadership atau presidensi G20 dengan menetapkan tema ‘Recover Together, Recover Stronger’. Melalui tema tersebut, Indonesia mendorong negara anggota G20 untuk membangun beberapa sektor yang dibutuhkan suatu negara secara berkala.
Presidensi G20 di Indonesia menjadi isu yang hangat dibicarakan akhir-akhir ini. Indonesia dipercaya untuk menjalankan kursi kepemimpinan tahun 2022, menggantikan negara Italia. Kursi kepemimpinan G20 akan berotasi atau berganti antar negara-negara anggota pada periode waktu tertentu sehingga membutuhkan waktu 20 tahun lagi bagi Indonesia untuk kembali memperoleh kursi kepemimpinan tersebut. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang serius terkait presidensi G20 melalui pencanangan beberapa agenda di berbagai bidang, misalnya kesehatan, ekonomi, pembangunan, sosial, pertanian, perikanan, dll. Presidensi G20 Indonesia menitikberatkan pada 3 prioritas utama, yaitu arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi berbasis digital, dan transisi energi. Sementara itu, di bidang pertanian, presidensi G20 Indonesia memiliki 3 agenda utama, yaitu:
- Membangun sistem pangan dan pertanian yang tangguh dan berkelanjutan
Pertanian menjadi sektor penentu dalam kelancaran pasokan pangan dan kualitas gizi yang berdampak pada pembangunan kesehatan dan lingkungan, sehingga diperlukan kolaborasi yang kuat. Hal tersebut berhubungan dengan bagaimana pengukuhan komitmen antar anggota G20 untuk memastikan keseimbangan pasokan pangan melalui penguatan sistem produksi dalam negeri serta menjaga kelancaran arus mobilisasi pertanian dan pangan lintas negara. Negara-negara G20 harus bersinergi dalam memastikan ketahanan pangan dan gizi bagi semua melalui keseimbangan jaminan produksi pangan dan pertanian nasional.
- Mempromosikan perdagangan pangan secara terbuka, adil, dapat diprediksi, dan transparan
Agenda selanjutnya, yaitu mempromosikan perdagangan pangan secara terbuka, adil, dapat diprediksi, dan transparan. Transformasi bisnis Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang pangan akan difokuskan pada pengembangan skala dan rantai ketersediaan komoditas utama, seperti beras, jagung, ikan, garam, dll. Contoh upaya peningkatan perdagangan dapat dilakukan melalui pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), misalnya dengan program ‘Warung Pangan’ yang diharapkan dapat mempermudah ketersediaan produk pangan dengan harga yang terjangkau. Melalui presidensi G20, kegiatan pertanian antara negara-negara G20 diharapkan dapat membentuk interaksi yang saling menguntungkan, seperti dengan implementasi teknologi, kerja sama penelitian, serta terjalinnya kegiatan ekspor komoditas perdagangan secara lebih aktif, adil, terbuka, dan intensif sehingga terjadi peningkatan.
- Mendorong bisnis pertanian yang inovatif melalui pertanian digital untuk memperbaiki kehidupan pertanian di wilayah perdesaan
Pengembangan bisnis pertanian inovatif melalui pertanian digital berdampak pada perbaikan pembangunan pertanian dan pedesaan. Banyak inovasi di bidang pertanian yang dikembangkan melalui penggunaan platform online, baik melalui website, maupun aplikasi. Bisnis pertanian yang inovatif berhubungan dengan industri kreatif yang diyakini akan berdampak positif bagi regenerasi di suatu wilayah, pembangunan ekonomi, dan penyediaan lapangan pekerjaan (Keryani dkk., 2020). Berdasarkan rapat pertama divisi pertanian G20, salah satu topik yang perlu dikembangkan di bidang pertanian adalah Rural Youth Entrepreneurship, Digitalization, and Innovation (IFAD) atau Kewirausahaan Pemuda Pedesaan, Digitalisasi, dan Inovasi.
Transformasi digital pertanian dapat terwujud melalui pengembangan perangkat teknologi dan komunikasi. Digitalisasi pertanian menunjukkan adanya peluang dalam peningkatan produksi dan produktivitas serta ketahanan tanaman terhadap perubahan iklim dengan bantuan teknologi. Di bidang pertanian, digitalisasi pertanian mampu mendorong terwujudnya regenerasi petani di Indonesia. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh sedikitnya minat generasi muda terhadap pertanian tradisional sehingga perlu dilakukan digitalisasi di bidang pertanian. Digitalisasi pertanian tidak hanya memudahkan, tetapi juga mampu menghasilkan konektivitas dan keuntungan. Digitalisasi tidak hanya menawarkan mata pencaharian pertanian yang lebih menarik, tetapi memberikan peluang bagi generasi muda untuk berperan sebagai pemasok informasi, asuransi, dan layanan lainnya, seperti terkait upaya mengurangi kerugian di tingkat pertanian melalui sistem pertanian presisi, layanan geo-informasi, serta kegiatan pengelolaan pasca-panen. Kehidupan pertanian di pedesaan tentunya akan semakin sejahtera, apabila para petani muda telah mampu mengadopsi dan menggunakan teknologi dalam menunjang produktivitas pertanian.
Presidensi G20 dapat digambarkan sebagai skenario upaya penyelamatan dunia terhadap isu-isu di masa depan. Melalui tema “Recover Together, Recover Stronger”, Indonesia mengajak negara anggota G20 untuk dapat tumbuh menjadi lebih kuat dan stabil di berbagai bidang, khususnya di bidang pertanian. Presidensi G20 Indonesia merupakan kesempatan emas bagi Indonesia untuk menunjukkan kemampuan kepemimpinannya dalam pemulihan ekonomi dunia, terutama di saat kondisi sosial ekonomi yang terpuruk akibat terdampak pandemi covid-19.
Referensi
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2022. Mentan RI Syahrul Yasin Limpo Resmi Terima Estafet Kepemimpinan Kelompok Kerja Pertanian G20. Diakses dari: https://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=5119
Sutrisno, E. 2022. Misi Presidensi G20 Indonesia Pangan Tercukupi. Diakses dari: https://indonesia.go.id/kategori/editorial/4027/misi-presidensi-g20-indonesia-pangan-tercukupi?lang=1?lang=1?lang=1
Zuraya, N. 2022. Presidensi G20 akan Deklarasi Tiga Isu Prioritas Sektor Pertanian. Diakses dari: https://republika.co.id/berita/r95hdp383/presidensi-g20-akan-deklarasi-tiga-isu-prioritas-sektor-pertanian