Mengenal Gamagora, Padi Amfibi Solusi Perubahan Iklim
Sumber Foto: Dokumentasi PIAT UGM
Sektor pertanian menjadi sektor yang paling terdampak perubahan iklim. Mengapa dikatakan demikian? Karena pertanian adalah kegiatan di lingkungan terbuka sehingga sangat bergantung pada pola curah hujan, fenomena cuaca dan perubahan iklim. Perubahan iklim berdampak pada waktu tanam tanaman pertanian yang turut berubah dan serangan hama yang semakin bertambah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi produktivitas tanaman dan hasil produksi. Bisa saja hasil produksi menurun karena perubahan iklim dan serangan hama. Oleh karena itu, harus ada inovasi untuk mengatasi perubahan iklim di pertanian. Atau setidaknya inovasi yang mampu menekan dampak negatif perubahan iklim di pertanian.
Menjawab permasalahan perubahan iklim tersebut, Fakultas Pertanian UGM menghadirkan padi Gamagora. Nah, apasih padi Gamagora itu sampai dikatakan sebagai salah satu solusi permasalahan perubahan iklim di sektor pertanian?
Gamagora sendiri merupakan singkatan dari Gadjah Mada Gogoh Rancah. Gamagora merupakan suatu varietas padi yang diciptakan untuk mengatasi masalah penurunan produksi padi di tengah perubahan iklim. Hal ini dapat terjadi karena Gamagora memiliki sifat “amfibi” atau dapat ditanam pada dua kondisi lahan yang berbeda, yaitu lahan tadah hujan dan lahan sawah irigasi biasa. “Gamagora 7 adalah suatu solusi dari masalah penurunan produksi padi saat terjadi perubahan iklim” Ucap Prof. Taryono, salah satu pengembang varietas Gamagora.
Varietas ini terus dikembangkan oleh Fakultas Pertanian UGM dan Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM hingga mencapai suatu varietas yang dapat dilepas ke masyarakat, yaitu varietas Gamagora 7. Varietas ini dapat dilepas karena sudah mendapatkan surat keputusan (SK) pelepasan varietas dari Menteri Pertanian RI, pada tanggal 28 Maret 2023. Sebelum dilepas ke masyarakat, padi Gamagora 7 ini telah dicoba pada berbagai demplot mulai dari sabang sampai merauke dan menghasilkan produksi padi yang cukup memuaskan yaitu berkisar 6-9 ton/ ha tergantung kondisi pada tiap wilayah.
Selain dapat ditanam di dua kondisi lahan yang berbeda, padi Gamagora 7 memiliki beberapa kelebihan. Dilansir dari Portal Informasi Indonesia, padi Gamagora memiliki ketahanan terhadap serangan hama wereng batang cokelat biotipe 2, memiliki ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri patotipe III, penyakit blast ras 033, ras 073 dan ras 133.
Dengan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, padi Gamagora digadang-gadang mampu bersaing dengan padi varietas lainnya jika sudah diproduksi secara masif. Kelebihan tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi petani untuk mencoba membudidayakan padi Gamagora. Terlebih lagi dari demplot yang telah dilakukan, petani jadi semakin tau bagaimana padi Gamagora ini. Petani pun menyambut baik kegiatan demplot tersebut. Mereka sangat puas dengan hasil panen demplot padi Gamagora.
“Masyarakat merespon sangat baik demplot padi Gamagora yang dilakukan. Apalagi rasa padi Gamagora cukup enak dan kemampuan resistensinya terhadap hama, penyakit dan kekeringan sangat baik,” tutur Prof. Subejo.
Dari sisi sosial ekonomi, budidaya padi Gamagora dapat sangat menguntungkan. Hal ini lagi-lagi dikarenakan adaptivitasnya yang tinggi terhadap perubahan iklim dan kekurangan air. Jadi meskipun air yang tersedia sedikit atau berlebih, pertumbuhan Gamagora akan tetap baik sehingga produktivitasnya tetap normal sepanjang tahun. Kemudian jika produktivitas padi Gamagora sama setiap musim tanamnya maka pendapatan petani dapat stabil.
Dari kelebihan-kelebihan yang ada, pasti terdapat suatu tantangan dalam mencapainya. Tantangan yang dihadapi dalam membudidayakan Gamagora adalah mengenai biaya produksi. Padi Gamagora memiliki potensi produksi atau output yang tinggi sehingga memerlukan input, seperti pupuk dan lain-lain yang sama besarnya.
Padi ‘amfibi’ ini memiliki banyak kelebihan dan keuntungan dari sisi ekonomi maupun dari sisi agronomi. Jadi, terdapat harapan yang besar dari petani yang mengalami kesusahan produksi padi pasca perubahan iklim. Harapan para petani ini sejalan dengan harapan awalnya padi Gamagora ini. “Saya harap Gamagora dapat dimanfaatkan para petani atau masyarakat dan dapat mendukung kemandirian pangan untuk mereka.” Ucap Prof. Taryono di akhir kata.
Penulis: Imelia Barca & Xenia Ezra Amanta