Mengenal Tradisi Berahoi: Berbalas Pantun Khas Masyarakat Melayu Langkat

Sumber Foto: Tribun Medan News

Tradisi menjadi hal yang sangat penting bagi setiap suku bangsa. Sebab, tradisi merupakan identitas diri mereka yang harus terus dijaga. Masing-masing suku bangsa memiliki tradisi yang berbeda satu sama lain yang akhirnya menjadi ciri khas mereka. Selalu ada keunikan yang terkandung dalam sebuah tradisi sehingga membuatnya ikonik dan mudah diingat. Membahas tentang tradisi, terdapat salah satu tradisi unik khas Sumatera Utara yang tidak dijumpai di daerah lain, yakni Tradisi Berahoi. 

Apa sih Tradisi Berahoi itu dan seunik apa sih tradisinya?

Tradisi Berahoi merupakan sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Suku Melayu Langkat di Sumatera Utara. Suku Melayu Langkat sendiri dikenal sebagai masyarakat agraris yang membudidayakan padi. Mereka melakukan Tradisi Berahoi pada saat panen padi tiba. Masyarakat, baik pria maupun wanita akan saling berbalas pantun sambil “mengirik” padi atau melepaskan padi dari tangkainya. Ketika salah satu warga mengirik padi sambil berpantun, maka warga lainnya akan menyahutinya dengan kata ahoi-ahoi. Nah, dari kata ahoi-ahoi inilah nama Tradisi Berahoi berasal. 

Bagi masyarakat Melayu Langkat, tradisi berahoi memiliki makna yang mendalam. Tradisi ini menjadi ungkapan rasa syukur masyarakat atas hasil panen yang melimpah. Pantun-pantun yang mereka serukan merupakan doa dan harapan, sekaligus penghormatan kepada Tuhan dan alam atas rezeki yang telah didapatkan. Selain itu, Tradisi Berahoi juga mencerminkan gotong royong dan kebersamaan masyarakat dimana seluruh masyarakat turut serta dalam sukacita perayaan panen raya. 

Tradisi Berahoi ini sudah lama berada di tengah masyarakat suku Melayu Langkat dan sudah menjadi budaya turun menurun. Tradisi ini diadakan untuk  menyambut  hari panen raya, dimana para petani serentak turun ke lahan untuk panen. Kegiatan panen yang awalnya hanya sekedar petani mengirik padi disulap menjadi kegiatan yang menyenangkan dan menjadi media untuk mempererat hubungan. 

Masyarakat Melayu Langkat memandang Tradisi Berahoi sebagai warisan budaya yang mampu memperkuat kebersamaan dan identitas suku bangsanya. Mereka menganggap Tradisi Berahoi sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada alam. Tradisi Berahoi dipersepsikan sebagai kekayaan budaya lokal yang perlu dilestarikan karena mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat setempat. Disamping itu, tradisi ini juga dianggap penting untuk mempererat hubungan sosial antar warga. Hal ini dikarenakan dalam Tradisi Berahoi akan bergotong royong mengirik padi dan berbalas pantun yang memeriahkan suasana, serta menciptakan kebersamaan.  Jadi, secara umum masyarakat memiliki persepsi yang sangat positif terhadap Tradisi Berahoi.

Tradisi Berahoi bukan hanya sekedar  ritual panen padi yang tidak memiliki arti. Tradisi ini memiliki arti secara tersirat dan tersurat pada nilai-nilai kebudayaan dan kepercayaan. Secara tersurat atau eksplisit, tradisi ini membangun budaya gotong royong antarwarga dan pantun-pantun yang diucapkan merupakan sebuah hiburan agar kegiatan yang awalnya berat menjadi lebih ringan. Secara tersirat, tradisi ini dapat menjadi ajang untuk berkenalan dan mempererat hubungan antarwarga yang belum dekat. Selain itu juga dapat memperkuat kepercayaan dengan Tuhan karena kegiatan ini dilakukan sebagai wujud kegembiraan dan rasa syukur kepada Tuhan.

Perkembangan zaman dan teknologi tidak membuat Tradisi Berahoi kehilangan kedudukannya di tengah-tengah masyarakat. Tradisi ini masih relevan untuk melestarikan dan memperkuat nilai-nilai luhur masyarakat Melayu Langkat, seperti gotong royong dan penghormatan terhadap alam. Nilai-nilai luhur tersebut dapat diimplementasikan oleh generasi muda dalam menghadapi tantangan modernisasi dan perubahan sosial yang begitu cepat. Lalu, keberadaan teknologi dapat mendukung penyebarluasan informasi mengenai Tradisi Berahoi dan bahkan bisa mempromosikannya sebagai pariwisata budaya. Dengan begitu akan semakin banyak orang yang mengenal Tradisi Berahoi sehingga tradisi ini dapat tetap hidup di tengah gempuran gaya hidup modern. 

Tradisi Berahoi sangat memungkinkan atau berpotensi untuk dikembangkan sebagai pariwisata yang dapat meningkatkan perekonomian warga sekitar. Pariwisata ini dapat berupa wisata edukasi dan wisata interaktif, dimana para pengunjung dapat diajak berpartisipasi dalam ritual panen dan ikut melakukan ngirik dan berpantun. Tradisi Berahoi juga dapat dijadikan festival budaya yang diselenggarakan tiap tahun jika dikemas dengan pertunjukan yang lain.

Penulis: Imelia Barca & Xenia Ezra Amanta

Leave a comment

Your email address will not be published.